Wayang Kulit Cirebon adalah salah satu ragam wayang kulit yang ada di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya negara-negara Asia Tenggara. Di wilayah yang terdiri dari banyak pulau dan beraneka ragam etnis, jenis gaya wayang kulit begitu melimpah ditemui, misalnya di beraneka jenis wayang kulit di pulau Jawa, wayang narta di Bali, wayang sasak di Lombok, wayang Melayu di Terengganu, Malaysia hingga wayang Nang Yai dan Nang Thalung di Thailand.
Pengaruh agama Hindu dan Budha dari India sangat kuat di kawasan nusantara, beragam kisah berasal dari Hindu dan Budha pun lazim di pertunjukan sebagai bagian dari cerita pergelaran wayang kulit, contohnya epik Ramayana dan Mahabarata.
Perkembangan wayang dari masa Hindu Budha ke masa Islam di nusantara, terutama di wilayah pulau Jawa termasuk di wilayah Kesultanan Cirebon, merupakan sebuah bentuk dari diplomasi dakwah yang dilakukan oleh para ulama-ulama dan pihak penguasa lokal yang telah memeluk ajaran Islam. Sebut saja Sunan Kalijaga yang berusaha keras mendiplomasikan antara seni wayang berbau non-Islam dengan seni wayang yang bernafaskan ajaran Islam. Berkat ajaran mereka, seni wayang kulit oleh sebagian pihak dimaknai mengandung ajaran Islam dalam setiap aspeknya, meskipun masih berkisah tentang epik-epik dari agama Hindu dan Budha. Para ulama-ulama tersebut seolah memang telah siap untuk menjaga kesinambungan dengan masa lalu dan menggunakan pemahaman dan unsur-unsur budaya pra-Islam ke dalam konteks Islam.
Dalung damar wayang (lampu sorot pagelaran wayang) khas Cirebon
Kesinambungan unsur-unsur non-Islam dengan unsur agama Islam pun dapat dengan mudah ditemui pada pergelaran wayang kulit Cirebon, seperti contohnya sosok wayang Buta Liyong yang merupakan unsur kebudayaan cina yang diserap dalam pagelaran Wayang kulit Cirebon dan pengenaan jubah serta topi pada sosok wayang Drona yang merupakan pengaruh dari budaya Timur Tengah, namun jika memfokuskan kepada jenis kesenian yang disebut sebagai wayang kulit Cirebon maka wayang kulit Cirebon merupakan jenis kesenian wayang dengan wilayah inti penyebarannya yang sangat terbatas, wilayah inti penyebaran wayang kulit cirebon hampir sama dengan wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon dan wilayah budaya orang Cirebon yakni dibatasi wilayah suku Betawi di barat, suku Sunda atau dalam bahasa Cirebon disebut Wang Gunung di selatan dan suku Jawa atau dalam bahasa Cirebon disebut Wang Wetan di timur.
Menurut para budayawan cirebon, salah satunya adalah Ki Dalang Matthew atau lengkapnya Matthew Isaac Cohen, dalam sebuah catatan kuno cirebon yang diperkirakan berasal dari tahun 1607, telah dideskripsikan sebuah pagelaran wayang kulit cirebon dengan Suluk Wujil yang menyerati pagelarannya, pegelaran itu mengangkat sebuah cerita yang telah dikenal secara luas, yakni cerita Kresna Duta, lakon ini dimainkan oleh Dalang Sari di mana di antara para penontonnya ada Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.